Selasa, 18 Mei 2010
Sabtu, 15 Mei 2010
Pembatas Buku
Kamis, 13 Mei 2010
Bros
Selasa, 11 Mei 2010
Sarung Galon Aqua
Senin, 15 Maret 2010
Taplak Meja Bundar
Sabtu, 13 Maret 2010
Taplak Meja Makan
Hai.... lama tak jumpa. Kali ini aku baru saja menyelesaikan taplak meja makan terbaruku. Taplak meja makan ini berukuran 1,5 m x 2,5 m, lumayan besar dan menghabiskan benang kurang lebih 2 kg. Yang aku suka dari project kali ini adalah tambahan pemanis berupa pentul2 putih yang terlihat seperti bola2 kecil di setiap ujung pinggirannya. Motifnya disusun secara diagonal. Hasilnya jadi terlihat tambah cantik.
Senin, 08 Februari 2010
Sebuah Kisah Kesuksesan dari Merenda
Minggu, 28 Desember 2008 | 01:09 WIB
Taplak meja putih bermotif cetak bunga-bunga mungkin biasa. Namun, bila motif itu dibuat dari susunan benang yang dirajut, hasilnya jauh lebih anggun. Tak hanya itu, kerajinan rajutan renda itu ternyata mampu menghidupi ekonomi warga di tiga dusun Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Martina (48) selama lebih dari 20 tahun memproduksi berbagai benda dari rajutan renda dengan merek Renda Mar Bersaudara.
Merajut merupakan kegemaran Martina bersama kedua kakak dan seorang adiknya, Maryati, Marnita, dan Marbiyah, sejak muda. Mereka mulai belajar menyulam dari tetangga ketika tinggal di Palembang, tempat asal sang ayah. Setelah kembali ke Bangka tahun 1974, Martina dan saudaranya mulai mengembangkan renda rajutan.
Setelah menikah, usaha kerajinan itu mulai berjalan dan renda rajut pun semakin banyak peminatnya. Pada 1985, Martina mengajak ibu-ibu tetangga ikut merajut. Anak-anak putus sekolah menjadi sasaran. Kendati harus mengajari cara merajut, baik melalui PKK maupun lainnya, Martina tidak merasa lelah.
Saat ini, tenaga perajin renda mencapai 50-75 orang yang tersebar di tiga dusun, yakni Dusun Airasem, Kelurahan Bukitketok; Dusun Pesisir Tanjung Gudang, Kelurahan Airjukung; dan Dusun Kampung Padanglalang, Kelurahan Airjukung, semuanya di wilayah Kecamatan Belinyu. Di Pesisir Tanjung Gudang, misalnya, perajin adalah para istri nelayan. Sambil menunggu suami melaut, mereka belajar merenda.
Awalnya tentulah sulit bagi penerima penghargaan kualitas dan produktivitas dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2007 ini mengajar merajut kepada para perajin yang tidak bisa merajut sama sekali. Namun, istri Muchtar ini tidak mau menyerah. Ia bahkan selalu membayar rajutan hasil karya kaum ibu itu, kendati akhirnya ia harus mengurai kembali dan merajut ulang.
Setiap rajutan paling sederhana dari satu gulung benang dihargai Rp 10.000-Rp 15.000. Untuk rajutan dengan motif lebih rumit, ibu-ibu menerima Rp 25.000 per gulungan benang. Gulungan benang itu disediakan Martina.
”Saya tetap membayar untuk memacu ibu-ibu terus merajut sambil memberi tahu kekurangannya. Setelah bisa, perajut bisa diajarkan membuat rajutan yang lebih sulit,” tutur Martina yang memiliki ibu asal Bangka itu.
Sesuai keperluan
Kendati usaha kerajinan renda rajut sudah berjalan, Martina tetap mencari jenis produk yang diperlukan konsumen. Ketika telepon seluler (ponsel) menjadi salah satu barang paling diperlukan dan digemari masyarakat, ia pun membuat tempat ponsel sesuai selera pasar. Tak ayal, tempat ponsel dari rajutan laku keras. Terlebih lagi pembuatannya juga lebih cepat karena ukurannya memang mungil. Dalam sehari, seorang perajin bisa menghasilkan empat-lima rajutan tempat ponsel.
Untuk merajut alat-alat rumah tangga yang lebih besar tentulah butuh waktu. Misalnya, untuk pengerjaan taplak meja bundar berdiameter 2,5 meter, dibutuhkan waktu tiga bulan bila dilakukan satu perajin. Bahkan, merajut penutup tempat tidur ukuran 1,6 meter x 2 meter memerlukan waktu enam bulan. Karenanya, ketika ada pesanan seperti itu, Martina akan mengerjakan bersama-sama beberapa perajin lain.
Boleh jadi karena butuh waktu pengerjaan yang lama itulah maka harganya pun tentulah tidak murah. Apalagi seluruhnya dikerjakan dengan tangan. Taplak meja bundar dihargai Rp 1 juta-Rp 2,5 juta, sedangkan penutup tempat tidur Rp 4 juta-Rp 6 juta. Untuk barang ukuran lebih kecil, seperti peci, harganya Rp 35.000-Rp 75.000, sarung bantal dan taplak meja tamu berkisar Rp 125.000, tergantung kerumitan rajutannya.
Martina bersyukur kegemarannya merajut membawa berkah. Selain bisa membantu menambah penghasilan puluhan keluarga di lingkungan sekitarnya, Martina bisa menjaga nafkah keluarganya setelah suaminya pensiun dini dari PT Timah pada 1995. Setiap bulan, omzetnya berkisar Rp 25 juta dengan keuntungan bersih sekitar Rp 6 juta-Rp 7 juta.
Walaupun dari tiga anaknya yang semuanya laki-laki tidak ada yang berminat meneruskan usahanya, Martina masih punya harapan. Salah seorang menantunya mulai tertarik dengan usaha kerajinan yang dirintis sejak 20 tahun silam itu. Kunjungan para istri pejabat dan pemasaran dari mulut ke mulut membantu usaha renda rajut itu tetap hidup.
Uluran tangan dari industri besar seperti saat menjadi ”anak angkat” PT Semen Baturaja, Palembang, pada tahun 1996 menjadi semacam suntikan bagi usaha yang tergolong skala rumah tangga ini. Bantuan renovasi dari perusahaan semen itu menyulap rumahnya di Jalan Yos Sudarso Nomor 66 Belinyu menjadi semacam bengkel kerja.
Dengan target pemasaran di dalam negeri, Martina merasa tidak terimbas krisis ekonomi global saat ini. Malah, dengan difasilitasi Pemerintah Kabupaten Bangka, ia tak henti ikut berpameran ke sejumlah daerah, termasuk ke luar negeri semisal AS dan Australia. Saat ini, kerajinannya sudah menyebar ke Riau, Pekanbaru, Bontang, Papua, Semarang, Surabaya, dan Jakarta. (Nina Susilo)
Sabtu, 30 Januari 2010
Kombinasi
Jumat, 29 Januari 2010
Kamis, 28 Januari 2010
Motif Kecil
Minggu, 17 Januari 2010
Ada Bedanya
Ketika menggunakan benang wol / siet akan terasa beda bila menggunakan benang katun seperti benang kasur, demikian pula dengan penggunaan benang katun import.
Kesimpulanku, semakin besar dan kaku atau keras benang, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Begitu pula tenaga yang dibutuhkan makin besar. Berbeda dengan penggunaan benang sejenis benang wol / siet yang lebih lembut dan ringan, pengerjaan akan lebih cepat. Lamanya proses pembuatan juga tergantung pada kerumitan motif yang dipilih dan seberapa besar bentuk yang diinginkan.
Akhirnya terjawab sudah pertanyaanku selama ini. Dulu aku punya teman yang terbiasa membuat renda untuk keperluan bayi. Kulihat cara dia mengerjakan cepat sekali, bahkan dalam satu hari dihasilkan beberapa pakaian bayi. Aku heran bagaimana bisa...?? Kini terjawab sudah, hal ini dikarenakan jenis benangnya.
Bagaimana dengan anda, apakah mengalami hal yang sama denganku....??