Selasa, 18 Mei 2010

Motif Berangkai



Motif berangkai memang cantik.

Sabtu, 15 Mei 2010

Pembatas Buku


Berbagai macam warna benang, jika dikombinasi plus sedikit kreatifitas bisa dipakai untuk membuat pembatas buku dengan renda hakken. Hm..... manis juga, jadi semangat baca bukunya.

Kamis, 13 Mei 2010

Bros


Bros dari renda hakken cantik juga. Dengan sedikit kreatifitas, bermacam motif bunga bisa dibuat. Cocok buat souvenir.

Selasa, 11 Mei 2010

Sarung Galon Aqua




Sarung galon aqua yang terbuat dari renda hakken punya kelebihan lho.....
Nggak usah bingung buka sarung galon untuk mengetahui isi galon, karena motifnya yang berlubang2, maka isi galon dapat terlihat dengan jelas. Cocok untuk yang pakai dispenser.
Kalau suka boleh pesan. Rp 100 ribu belum ongkir.

My Doily


My doily. Ada sisa benang putih, kubuat doily, lumayan.... Untung sisa benangnya pas.

Senin, 15 Maret 2010

Taplak Meja Bundar

gmb.1.tampilan seluruhnya

gmb.2. detailnya

Taplak meja bundar ini sebenarnya berukuran diameter 75-80 cm, tapi karena meja yang kupunya berukuran diameter 90 cm jadilah fotonya seperti ini. Pembuatannya super cepat, karena aku fokus habis buat mengerjakannya, hanya 4 hari saja he..he..he...

Sabtu, 13 Maret 2010

Taplak Meja Makan




Hai.... lama tak jumpa. Kali ini aku baru saja menyelesaikan taplak meja makan terbaruku. Taplak meja makan ini berukuran 1,5 m x 2,5 m, lumayan besar dan menghabiskan benang kurang lebih 2 kg. Yang aku suka dari project kali ini adalah tambahan pemanis berupa pentul2 putih yang terlihat seperti bola2 kecil di setiap ujung pinggirannya. Motifnya disusun secara diagonal. Hasilnya jadi terlihat tambah cantik.

Senin, 08 Februari 2010

Sebuah Kisah Kesuksesan dari Merenda

Artikel ini aku dapatkan dari sebuah situs berita cetak.kompas.com. Semoga dapat menyemangati para penghobby merenda.

Memberdayakan Perempuan di Tiga Dusun

Minggu, 28 Desember 2008 | 01:09 WIB

Taplak meja putih bermotif cetak bunga-bunga mungkin biasa. Namun, bila motif itu dibuat dari susunan benang yang dirajut, hasilnya jauh lebih anggun. Tak hanya itu, kerajinan rajutan renda itu ternyata mampu menghidupi ekonomi warga di tiga dusun Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Martina (48) selama lebih dari 20 tahun memproduksi berbagai benda dari rajutan renda dengan merek Renda Mar Bersaudara.

Merajut merupakan kegemaran Martina bersama kedua kakak dan seorang adiknya, Maryati, Marnita, dan Marbiyah, sejak muda. Mereka mulai belajar menyulam dari tetangga ketika tinggal di Palembang, tempat asal sang ayah. Setelah kembali ke Bangka tahun 1974, Martina dan saudaranya mulai mengembangkan renda rajutan.

Setelah menikah, usaha kerajinan itu mulai berjalan dan renda rajut pun semakin banyak peminatnya. Pada 1985, Martina mengajak ibu-ibu tetangga ikut merajut. Anak-anak putus sekolah menjadi sasaran. Kendati harus mengajari cara merajut, baik melalui PKK maupun lainnya, Martina tidak merasa lelah.

Saat ini, tenaga perajin renda mencapai 50-75 orang yang tersebar di tiga dusun, yakni Dusun Airasem, Kelurahan Bukitketok; Dusun Pesisir Tanjung Gudang, Kelurahan Airjukung; dan Dusun Kampung Padanglalang, Kelurahan Airjukung, semuanya di wilayah Kecamatan Belinyu. Di Pesisir Tanjung Gudang, misalnya, perajin adalah para istri nelayan. Sambil menunggu suami melaut, mereka belajar merenda.

Awalnya tentulah sulit bagi penerima penghargaan kualitas dan produktivitas dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2007 ini mengajar merajut kepada para perajin yang tidak bisa merajut sama sekali. Namun, istri Muchtar ini tidak mau menyerah. Ia bahkan selalu membayar rajutan hasil karya kaum ibu itu, kendati akhirnya ia harus mengurai kembali dan merajut ulang.

Setiap rajutan paling sederhana dari satu gulung benang dihargai Rp 10.000-Rp 15.000. Untuk rajutan dengan motif lebih rumit, ibu-ibu menerima Rp 25.000 per gulungan benang. Gulungan benang itu disediakan Martina.

”Saya tetap membayar untuk memacu ibu-ibu terus merajut sambil memberi tahu kekurangannya. Setelah bisa, perajut bisa diajarkan membuat rajutan yang lebih sulit,” tutur Martina yang memiliki ibu asal Bangka itu.

Sesuai keperluan

Kendati usaha kerajinan renda rajut sudah berjalan, Martina tetap mencari jenis produk yang diperlukan konsumen. Ketika telepon seluler (ponsel) menjadi salah satu barang paling diperlukan dan digemari masyarakat, ia pun membuat tempat ponsel sesuai selera pasar. Tak ayal, tempat ponsel dari rajutan laku keras. Terlebih lagi pembuatannya juga lebih cepat karena ukurannya memang mungil. Dalam sehari, seorang perajin bisa menghasilkan empat-lima rajutan tempat ponsel.

Untuk merajut alat-alat rumah tangga yang lebih besar tentulah butuh waktu. Misalnya, untuk pengerjaan taplak meja bundar berdiameter 2,5 meter, dibutuhkan waktu tiga bulan bila dilakukan satu perajin. Bahkan, merajut penutup tempat tidur ukuran 1,6 meter x 2 meter memerlukan waktu enam bulan. Karenanya, ketika ada pesanan seperti itu, Martina akan mengerjakan bersama-sama beberapa perajin lain.

Boleh jadi karena butuh waktu pengerjaan yang lama itulah maka harganya pun tentulah tidak murah. Apalagi seluruhnya dikerjakan dengan tangan. Taplak meja bundar dihargai Rp 1 juta-Rp 2,5 juta, sedangkan penutup tempat tidur Rp 4 juta-Rp 6 juta. Untuk barang ukuran lebih kecil, seperti peci, harganya Rp 35.000-Rp 75.000, sarung bantal dan taplak meja tamu berkisar Rp 125.000, tergantung kerumitan rajutannya.

Martina bersyukur kegemarannya merajut membawa berkah. Selain bisa membantu menambah penghasilan puluhan keluarga di lingkungan sekitarnya, Martina bisa menjaga nafkah keluarganya setelah suaminya pensiun dini dari PT Timah pada 1995. Setiap bulan, omzetnya berkisar Rp 25 juta dengan keuntungan bersih sekitar Rp 6 juta-Rp 7 juta.

Walaupun dari tiga anaknya yang semuanya laki-laki tidak ada yang berminat meneruskan usahanya, Martina masih punya harapan. Salah seorang menantunya mulai tertarik dengan usaha kerajinan yang dirintis sejak 20 tahun silam itu. Kunjungan para istri pejabat dan pemasaran dari mulut ke mulut membantu usaha renda rajut itu tetap hidup.

Uluran tangan dari industri besar seperti saat menjadi ”anak angkat” PT Semen Baturaja, Palembang, pada tahun 1996 menjadi semacam suntikan bagi usaha yang tergolong skala rumah tangga ini. Bantuan renovasi dari perusahaan semen itu menyulap rumahnya di Jalan Yos Sudarso Nomor 66 Belinyu menjadi semacam bengkel kerja.

Dengan target pemasaran di dalam negeri, Martina merasa tidak terimbas krisis ekonomi global saat ini. Malah, dengan difasilitasi Pemerintah Kabupaten Bangka, ia tak henti ikut berpameran ke sejumlah daerah, termasuk ke luar negeri semisal AS dan Australia. Saat ini, kerajinannya sudah menyebar ke Riau, Pekanbaru, Bontang, Papua, Semarang, Surabaya, dan Jakarta. (Nina Susilo)

Anda terinspirasi untuk mengembangkan...?

Sabtu, 30 Januari 2010

Kombinasi

Suatu hari bosan juga merenda dengan benang katun putih. Tapi mau coba benang warna lain, persediaan benang katun putih masih banyak, belum lagi benang2 sulam berwarna bekas kruistik. Pikir2 gimana kalau kedua jenis benang yang berbeda ini aku kombinasikan...?? Hm....maka dengan motif yang sederhana, jadilah alas gelas yang cantik dan menarik ini.


Jumat, 29 Januari 2010

Renda Motif Kecil dalam Rangkaian

Kamis, 28 Januari 2010

Motif Kecil




Motif kecil-kecil seperti ini bila dirangkai secara diagonal atau diberi sedikit sentuhan kombinasi warna akan menghasilkan karya yang indah.

Minggu, 17 Januari 2010

Ada Bedanya

Setelah sekian tahun menekuni hobby merenda dengan benang dan bereksperimen dengan berbagai macam benang, ternyata ada bedanya juga, terutama dalam proses pengerjaan.
Ketika menggunakan benang wol / siet akan terasa beda bila menggunakan benang katun seperti benang kasur, demikian pula dengan penggunaan benang katun import.
Kesimpulanku, semakin besar dan kaku atau keras benang, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Begitu pula tenaga yang dibutuhkan makin besar. Berbeda dengan penggunaan benang sejenis benang wol / siet yang lebih lembut dan ringan, pengerjaan akan lebih cepat. Lamanya proses pembuatan juga tergantung pada kerumitan motif yang dipilih dan seberapa besar bentuk yang diinginkan.
Akhirnya terjawab sudah pertanyaanku selama ini. Dulu aku punya teman yang terbiasa membuat renda untuk keperluan bayi. Kulihat cara dia mengerjakan cepat sekali, bahkan dalam satu hari dihasilkan beberapa pakaian bayi. Aku heran bagaimana bisa...?? Kini terjawab sudah, hal ini dikarenakan jenis benangnya.

Bagaimana dengan anda, apakah mengalami hal yang sama denganku....??


Rabu, 13 Januari 2010

Motif lain Taplak Meja Makan



Benang katun putih tulang.




Benang katun putih.

Hm.... kalau motif ini dipakai untuk bedcover pasti cantik juga, hanya kebutuhan benangnya akan lebih banyak.
Pembuatan taplak di atas membutuhkan waktu sekitar 2 bulan untuk 1 taplak meja ukuran standar. Motifnya aku contoh dari Ondori.

Selasa, 12 Januari 2010

Motif Diagonal


Motif-motif kecil dan sederhana, bila dirangkai secara diagonal juga terlihat manis. Kita akan mendapatkan pinggiran loper yang bergerigi.

Acak Adul Warna

Suatu hari, aku beres - beres lemari. Eh....ada banyak benang wol sisa kerajinan tangan kruistik. Pikir-pikir dibuat apa ya.....
Aha....!! browsing sana sini cari ide, akhirnya jadilah 2 sarung bantal dengan kombinasi warna yang cukup menarik. Hm.... cantik juga. Dengan pengerjaan sederhana (tanpa pola renda yang rumit), cukup dengan mengkombinasikan warna-warna yang ada ternyata dapat menghasilkan karya yang menarik.